KEBUN JATI

Terletak di Desa Talaga Kecamatan Dampelas, dengan Luas 7 ha.

PANTAI BAMBARANO

Pantai berkarang indah ini terletak di Desa Sabang kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.

JEMBATAN PONULELE

Jembatan Kebanggan warga Palu ini berada diwilayah pantai talise menuju arah donggala.

TANJUNG KARANG

salah satu objek wisata pantai, yang terletak di ujung pantai Donggala, dengan suasana pantai yang terasa nyaman.

situs Tadulako dan Pokekea

situs sejarah ini berada di lembah Besoa, Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah..

Senin, 14 Oktober 2013

Ancaman Berkelanjutan Sistem Agroforestry

ANCAMAN KEBERLANJUTAN SISTEM AGROFORESTRY
Oleh : RAHMAT HIDAYAT
Tegakan Jati di Padukan dengan pohon Rambutan


 [Forester Untad Blog] De   Foresta   et   al.   (2000)   mengemukakan   bahwa   keberlanjutan   dari   agroforest   ini menghadapi beberapa ancaman antara lain sebagai berikut :
Kesulitan merubah pandangan ahli agronomi dan kehutanan. Besarnya  jenis  dan  ketidakteraturan  tanaman  dalam  agroforest  membuatnya  cenderung diabaikan. Kebanyakan ahli pertanian dan kehutanan yang sudah sangat terbiasa dengan keteraturan sistem monokultur dan agroforestri sederhana menganggap ketidakteraturan dan keberagaman tanaman ini sebagai tanda kemalasan petani. Kebanyakan ahli agronomi dan kehutanan yang akrab dengan pola pertanian sederhana dan keaslian hutan alam masih sulit untuk mengakui bahwa agroforest adalah sistem usahatani yang produktif.
Agroforest adalah sistem kuno (tidak modern)
Banyak  kalangan  memandang  agroforest  sebagai  sesuatu  yang  identik  dengan  pertanian primitif  yang  terbelakang,  sama  sekali  tidak  patut  dibanggakan.  Padahal,  agroforest merupakan wujud konsep petani, proses adaptasi dan inovasi yang terus menerus yang berkaitan dengan perubahan ekologi, keadaan sosial ekonomi, dan perkembangan pasar.
Sistem agroforest yang ada saat ini merupakan karya modern dari sejarah panjang adaptasi dan inovasi, uji coba berulang-ulang, pemaduan spesies baru dan strategi agroforestri baru.
Kepadatan penduduk
Pengembangan agroforest membutuhkan ketersediaan luasan lahan, karenanya agroforest sulit berkembang di daerah-daerah yang sangat padat penduduknya. Ada kecenderungan bahwa   peningkatan   penduduk   menyebabkan   konversi   lahan   agroforest   ke   bentuk penggunaan lain yang lebih menguntungkan dalam jangka pendek.
Penguasaan lahan
Luas agroforest di Indonesia mencapai jutaan hektar, tetapi tidak secara resmi termasuk ke dalam  salah  satu  kategori  penggunaan  lahan.  Hampir  semua  petani  agroforest  tidak memiliki bukti kepemilikan yang resmi atas lahan mereka. Banyak areal agroforest yang dinyatakan berada di dalam kawasan hutan negara, atau dialokasikan kepada perusahaan perkebunan  besar  dan  proyek  pembangunan  besar  lainnya.  Ketidakpastian  kepemilikan jangka ini berakibat keengganan petani untuk melanjutkan sistim pengelolaan yang sekarang sudah mereka bangun.
Ketiadaan data akurat
Kecuali untuk agroforest karet dan sebagian kecil lainnya, belum ada upaya serius untuk mendapatkan data yang akurat mengenai keberadaan/luasan agroforest yang tersebar di hampir  seluruh  kepulauan  Indonesia.  Akibatnya,  belum  ada  upaya  untuk  memberikan dukungan  pembangunan  terhadap  agroforest  tersebut,  seperti  yang  diberikan  terhadap sawah,  kebun  monokultur  (cengkeh,  kelapa,  kopi,  dan  lain-lain),  atau  Hutan  Tanaman Industri (HTI).

Peranan Agroforest Dalam Pelestarian Sumber Daya Hutan

PERANAN AGROFOREST DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA HUTAN
Oleh : RAHMAT HIDAYAT


 [Forester Untad Blog] Agroforest  memainkan  peran  penting  dalam  pelestarian  sumberdaya  hutan  baik  nabati maupun hewani karena struktur dan sifatnya yang khas. Agroforest menciptakan kembali arsitektur  khas  hutan  yang  mengandung  habitat  mikro,  dan  di  dalam  habitat  mikro  ini sejumlah tanaman hutan alam mampu bertahan hidup dan berkembang biak. Kekayaan flora semakin besar, jika di dekat kebun terdapat hutan alam yang berperan sebagai sumber (bibit) tanaman. Bahkan ketika hutan alam sudah hampir lenyap sekalipun, warisan hutan masih  mampu  terus  berkembang  dalam  kelompok  besar:  misalnya  kebun  campuran  di Maninjau melindungi berbagai tanaman khas hutan lama di dataran rendah, padahal hutan lindung yang terletak di dataran lebih tinggi tidak mampu menyelamatkan tanaman-tanaman tersebut.
Di  pihak  lain,  agroforest  merupakan  struktur  pertanian  yang  dibentuk  dan  dirawat. Tanaman bermanfaat yang umum dijumpai di hutan alam menghadapi ancaman langsung karena  daya  tarik  manfaatnya.  Dewasa  ini  sumber  daya  hutan  dikuras  tanpa  kendali. Berbeda dengan kebun agroforest, bagi petani, agroforest merupakan kebun bukan hutan.
Agroforest merupakan warisan sekaligus modal produksi. Sumberdayanya, baik yang tidakb maupun yang sengaja ditanam, dimanfaatkan dengan selalu mengingat kelangsungan dan kelestarian kebun. Pohon di hutan dianggap tidak ada yang memiliki.  Sebaliknya, pohon di kebun ada pemiliknya sehingga pohon tersebut mendapat perlindungan yang lebih efektif daripada yang terdapat di   hutan negara. Sumber daya hutan di dalam agroforest dengan demikian turut berperan dalam mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam. Secara tidak langsung agroforest turut melindungi hutan alam.
Aneka kebun campuran di pedesaan di Jawa mempunyai peranan penting bagi pelestarian kultivar pohon (tradisional) buah-buahan dan tanaman pangan. Karena kendala ekonomi dan keterbatasan ketersediaan lahan, maka kebun tersebut tidak dapat berfungsi sebagai tempat berlindung jenis tanaman yang tidak bernilai ekonomi bagi petani.
Di Sumatera dan Kalimantan,   agroforest   masih   mampu   menawarkan   pemecahan   masalah   pelestarian tanaman hutan alam dan sekaligus dapat diterima pula dari sudut ekonomi (Michon dan de Foresta (1995). Adanya perubahan sosial ekonomi dapat mempengaruhi sifat dan susunan kebun, sehingga dikhawatirkan banyak spesies yang terancam kepunahan. Pada gilirannya sumberdaya tersebut akan punah dan usaha penyelamatannya belum terbayangkan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Pengertian dan Sistem Agroforestry

PENGERTIAN DAN SISTEM  AGROFORESTRY
OLEH : RAHMAT HIDAYAT
SISTEM AGROFORESTRY SEDERHANA


Pengertian Agroforestry
Dalam   Bahasa   Indonesia,   kata   Agroforestry   dikenal   dengan   istilah   wanatani   atau agroforestri  yang  arti  sederhananya  adalah  menanam  pepohonan  di  lahan  pertanian. Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks,.
Sistem Agroforestri Sederhana
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang- kacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Bentuk  agroforestri  sederhana  yang  paling  banyak  dibahas  di  Jawa  adalah  tumpangsari. Sistem ini, dalam versi Indonesia, dikenal dengan “taungya” yang diwajibkan di areal hutan jati  di  Jawa  dan  dikembangkan  dalam  rangka  program  perhutanan  sosial  dari  Perum Perhutani. Pada lahan tersebut petani diijinkan untuk menanam tanaman semusim di antara pohon-pohon jati muda. Hasil tanaman semusim diambil oleh petani, namun petani tidak diperbolehkan menebang atau merusak pohon jati dan semua pohon tetap menjadi milik Perum  Perhutani.  Bila  pohon  telah  menjadi  dewasa,  tidak  ada  lagi  pemaduan  dengan tanaman semusim karena adanya masalah naungan dari pohon. Jenis pohon yang ditanam khusus untuk menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja, sehingga akhirnya terjadi perubahan  pola  tanam  dari  sistem  tumpangsari  menjadi perkebunan  jati  monokultur.
Bentuk  agroforestri  sederhana  ini  juga  bisa  dijumpai  pada  sistem  pertanian  tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul sebagai salah satu upaya petani  dalam  mengintensifkan  penggunaan  lahan  karena  adanya  kendala  alam,  misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa ditanam secara tumpangsari dengan padi sawah di tanah rawa di pantai Sumatera.
Perpaduan   pohon   dengan   tanaman   semusim   ini   juga   banyak   ditemui   di   daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada pematang-pematang sawah di daerah Pandaan (Pasuruan, Jawa Timur), kelapa atau siwalan dengan tembakau di Sumenep–Madura (Gambar 2). Contoh lain, tanah-tanah yang dangkal dan berbatu seperti di Malang Selatan ditanami jagung dan ubikayu di antara gamal atau kelorwono (Gliricidia sepium).
Sistem Agroforestri Kompleks: Hutan dan Kebun
Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami  pada  sebidang  lahan  dan  dikelola  petani  mengikuti  pola  tanam  dan  ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai Agroforest (ICRAF, 1996).
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistim agroforestri kompleks ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan ‘agroforest’, yang biasanya disebut ‘hutan’ yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000). Contohnya ‘hutan damar’ di daerah Krui, Lampung Barat atau ‘hutan karet’ di Jambi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH