Selasa, 04 Juni 2013

Peran Mikoriza Dalam Rehabilitasi Lahan Terdegradasi

 
Saat ini beberapa jenis fungi telah dimanfaatkan untuk mengembalikan kualitas atau kesuburan tanah. Hal ini karena secara umum fungi mampu menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan diambil oleh tanaman. Beberapa fungi juga mampu membentuk asosiasi ektotropik dalam sistem perakaran pohon-pohon hutan yang dapat membantu memindahkan fosfor dan nitrogen dalam tanah ke dalam tubuh tanaman, seperti mikoriza yang bersimbiosis mutualisme dengan tanaman (Faad et al., 2010).
Mikoriza berperan dalam rantai makanan di rizosfer akar dan memacu pertumbuhan hampir semua jenis tanaman di hutan tropika Indonesia, sehingga  hutan tropika kaya akan nutrisi. Dengan fenomena alam ini menjelaskan bahwa mikoriza termasuk dalam rantai makanan ekosistem pemasok makanan dan turut membesarkan pohon-pohon raksasa di hutan tropis Indonesia. Selanjutnya hasil penelitian, hampir satu abad lebih menjadi inspirasi peneliti di bidang mikrobiologi hutan, bagaimana teknologi mikoriza turut memberikan andil menjadi input teknologi dalam mempercepat pertumbuhan pohon dan merehabilitasi lahan hutan terdegradasi akibat pembukaan hutan untuk kegiatan pertambangan, illegal logging, dan kebakaran hutan. Teknologi mikoriza merupakan terknologi pemanfaatan jenis-jenis cendawan yang hidup dalam jaringan korteks akar atau sering disebut cendawan mikoriza dan keberadaannya sangat berlimpah di lantai-lantai hutan tropis Indonesia.
Pada saat ini introduksi mikoriza merupakan teknologi yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi di Indonesia. Kendala utama yang dihadapi dalam kegiatan rehabilitasi lahan adalah rendahnya unsur hara, toksisitas aluminium, fiksasi P yang tinggi, pH sangat asam, dan rendahnya bahan organik. Penggunaan mikoriza akan bermanfaat apabila telah diketahui tingkat efektivitas jenis mikoriza yang terbentuk pada setiap jenis pohon yang akan diproduksi.
Kendala utama yang dihadapi dalam kegiatan rehabilitasi lahan adalah rendahnya unsur hara, toksisitas aluminium, fiksasi P yang tinggi, pH sangat asam, dan rendahnya bahan organik, seperti yang terdapat pada lahan pasca tambang batubara (Santoso et al., 2006). Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang ber­peran penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam rehabilitasi habitat adalah penggunaan mikoriza. Fungi Mikoriza Arbuskulu (FMA) yang berperan dalam penyerapan unsur hara fosfor yang tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh Fe dan Al, melalui bantuan enzim alkalin fosfat yang dihasilkan oleh FMA. Menurut Karyaningsih (2009), Ketahanan tanaman terhadap patogen akar akan meningkat dengan adanya lapisan hifa mikoriza yang merupakan pelindung fisik masuknya patogen. Dalam proses kolonisasinya cendawan ini akan melepaskan antibiotik mematikan selain itu pula semua hasil eksudat tanaman yang dikeluarkan akan dimanfaatkan sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen.
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan suatu bentuk asosiasi cendawan dengan akar tanaman tingkat tinggi. Kemampuan asosiasi tanaman- CMA ini memungkinkan tanaman memperoleh hara dan air yang cukup pada kondisi lingkungan yang miskin unsur hara dan kering, perlindungan terhadap patogen tanah maupun unsur beracun, dan secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah.
Hal ini dimungkinkan karena CMA mempunyai kemampuan menyerap hara dan air lebih tinggi dibanding akar tanaman. Keunggulan kemampuan CMA dalam pengambilan hara, terutama hara yang bersifat tidak mobil seperti P, Zn, dan Cu, disebabkan CMA memiliki struktur hifa yang mampu menjelajah daerah di antara partikel tanah, melampaui jarak yang dapat dicapai akar (rambut akar), kecepatan translokasi hara enam kali kecepatan rambut akar, dan nilai ambang batas konsentrasi hara yang dapat diserap CMA lebih rendah (setengah ambang batas konsentrasi hara yang dapat diserap akar). CMA secara tidak langsung juga dapat meningkatkan ketersediaan P-tanah melalui produksi enzim fosfatase oleh akartanaman. CMA juga berperan dalam membantu pemenuhan kebutuhan air pada saat kekeringan karena bertambahnya luas permukaan penyerapan air oleh hifa eksternal.
Satu spesies CMA dapat berasosiasi dengan berbagai tanaman sehingga satu macam CMA dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Pada saat ini telah dihasilkan berbagai inokulan CMA,umumnya dari spesies Glomus, Gigaspora, dan Acaulospora (Nursanti  et al, . 2009).

1 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya

    irhamabdulazis21.student.ipb.ac.id

    BalasHapus

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???