Senin, 22 Oktober 2012

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN INPRES 3 TALISE DALAM MENGOMENTARI PERISTIWA FAKTUAL YANG TERJADI DI SEKOLAH



  ANALISIS KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN INPRES 3 TALISE DALAM MENGOMENTARI PERISTIWA FAKTUAL YANG TERJADI DI SEKOLAH.
A.     Latar Belakang
Kualitas pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah Guru. Dalam sistem pendidikan guru menempati posisi sentral dan merupakan ujung tombak pendidikan. Guru adalah orang yang terlibat langsung dalam upaya mempengaruhi, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anak didik supaya menjadi manusia cerdas, terampil dan bermoral tinggi atau memanusiakan manusia. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan sebagai pendidik dan pengajar yang harus menguasai materi pelajaran di dalam menyampaikannya.
Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran tercapai. Tapi kenyataan yang ditemukan di lapangan sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena belum lengkapnya sistem dalam pengajaran, antara lain : bahan ajar, fasilitas, metode dan kemampuan guru. Faktor pendukung utama tercapainya tujuan pembelajaran tidak lepas dari peran guru itu sendiri dan juga peran aktif dari siswa.
Salah satu bahan ajar di SD yaitu berbicara, dalam proses belajar mengajar diharapkan anak-anak dapat mengembangkan dan mengungkapkan ide-ide, pikiran, perasaan melalui kegiatan berbicara seperti yang dikemukakan oleh Stewart dan Kenner Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8)
Namun berdasarkan penelitian di SDN Inpres 3 Talise, ditemukan bahwa kemampuan berbicara siswa kelas V SDN tersebut dikategorikan masih rendah. Hal tersebut dibenarkan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru, hal ini disebabkan antara lain siswa kurang dilibatkan dalam aktivitas berbicara, mereka lebih banyak mendengar sajian guru. Guru lebih mendominasi kegiatan pembelajaran tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pemahamannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, agar  diketahui tingkat kemampuan siswa SDN Inpres 3 Talise kelas V, maka peneliti  melakukan tanya jawab kepada siswa kelas V, dalam soal tanya jawab tersebut berisikan peristiwa faktual tentang keterlambatan siswa dalam  jam masuk sekolah. Dari pertanyaan soal tersebut siswa diharapkan dapat mengomentari  peristiwa faktual tersebut, melalui berita faktual ini peneliti menilai pada kosakata yang digunakan siswa, panjang lebarnya komentar yang diberikan siswa, dan tutur kalimat yang digunakannya.
 Dengan melalui tanya jawab ini siswa dapat diajak untuk menguraikan kata-kata serta membantu meningkatkan kreatifitas berfikir siswa, sehingga siswa mampu berbicara dan berpikir dengan jelas karena mereka merasa terlibat dan mendapatkan kesan yang akan mudah diingat. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Kemampuan Siwa Kelas V SDN Inpres 3 Talise dalam mengomentari peristiwa faktual yang terjadi di sekolah”.


  
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa kelas V SDN 3 Talise dalam mengomentari peristiwa faktual yang terjadi di sekolah ?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah, untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas V SDN Inpres 3 Talise dalam mengomentari  peristiwa faktual disekolah.  
D.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Bagi peneliti
Sebagai upaya bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan mengembangkan potensi dalam meneliti.
2.      Bagi siswa
Sebagai bahan informasi untuk dijadikan tolak ukur dalam mengetahui kemampuan berbicara yang dimilikinya.
3.      Bagi guru
Sebagai masukan bagi guru agar memperhatikan tingkat kemampuan berbicara siswa dalam berbahasa.
4.      Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya bidang studi bahasa Indonesia.

E.     Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah : “ bahwa siswa kelas V SDN Inpres 3 Talise belum mampu mengomentari peristiwa faktual di sekolah.”  
F.     Ruang Lingkup penelitian
            Untuk lebih memfokuskan penelitian pada permasalahan yang telah dirumuskan, penulis memberikan batasan ruang lingkup dalam penelitian ini yakni Peristawa faktual yang terjadi di sekolah dan kemampuan barkomentar siswa kelas V SDN Inpres 3 Talise, sasaran utama penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Inpres 3 Talise.
G.    Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun, menata dan mendeskripsikan penelitian nantinya, yakni berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli bahasa yang relevan dengan kajian tulisan yang dibuktikan dengan menyajikan sejumlah teori yang dikemukakan oleh para ahli yang sesuai dengan kajian penelitian ini. Landasan teori yang dibahas dalam penelitian ini akan berkaitan dengan beberapa pengertian, tujuan, dan faktor penunjang dan penghambat dalam berbicara.
1.      Pengertian  Analisis
Analisis berasal dari bahasa yunani, analisis suatu pemeriksaan dan penafsiran mengenai hakikat dan makna suatu pemisahan dari suatu keseluruhan, ke dalam bagian-bagian komponennya. Suatu pemeriksaan terhadap keseluruhan untuk mengungkapkan unsur-unsur dan hubungannya (Komaruddin, 2002:96).
Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer (1991:96). Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan, dan sebagainya).
Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.       
2.      Berbicara

Berbicara menurut Hendrikus (1991:14) merupakan titik tolak dan retorika, yang berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi/memberi motivasi).
Menurut Tarigan (2003:37)” berbicara merupakan keterangan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, bicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan.”
Nurgiyantoro, (2001:276) menyatakan berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan, berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa berbicara merupakan proses komunikasi secara lisan yang di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dan maksud tertentu.
 Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah mengungkapkan pikiran, perasaan dan gagasan kepada orang lain agar terjalin komunikasi yang baik antara satu orang dengan yang lain.
3.      Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audiens atau majelis, supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audiens dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Muhadjir (1995:22) “mengungkapkan bahwa dalam berbicara diperlukan hal-hal diluar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan penguasaan bahasa, keberanian dan ketenangan., kesanggupan, menyampaikan ide dengan lancar dan teratur”.
 Secara terperinci Maidar (1991:18) mengemukakan bahwa:
Beberapa faktor penunjang pada kegiatan berbicara antara lain : faktor kebahasaan meliputi. Ketetapan ucapan, penetapan tekanan nada sendi atau durasi yang sesuai, pilihan kata, ketetapan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, ketetapan sasaran pembicaraan. Dan faktor non kebahasaan terdiri sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan ke lawan bicara, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi/penalaran, dan penguasaan topik.
Dari pendapat tersebut dapat di artikan bahwa dalam berbicara diperlukan ketetapan ucapan, pilihan kata, ketetapan penggunaan kalimat, selain itu dalam berbicara juga diperlukan sikap tenang atau tidak kaku, pandangan diarahkan kelawan bicara, suara disesuaikan, kelancaran serta menguasai apa yang ingin dibicarakan.

4.      Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
Proses komunikasi pada dasarnya sering mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
Sujanto (1988:192) mengemukakan bahwa:
Ada tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, meliputi: 1) faktor fisik
 yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari partisipan.
 2) faktor media,
            faktor linguistik dan faktor non linguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, dan isyarat gerak bagian tubuh, dan
 3) faktor psikologi,
 yaitu kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

5.       Tujuan Berbicara
Menurut Maidar dan Mukti (1987:17), tujuan utama untuk berbicara adalah untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah seharusnya pembicara memahami makna segala yang ingin dikomunikasikannya. Apabila terjalin komunikasi yang baik maka akan tercipta hubungan kerjasama yang baik pula. Berbicara dapat menjadi solusi utama untuk memecahkan persoalan yang terjadi. Karena dengan berbicara yang baik seseorang akan mengetahui maksud dari apa yang telah dibicarakan.

Dalam berbicara, pembicara haruslah memahami seagala makna yang ingin dy bicarakan agar terjalin kerja sama yang baik pula, berbicara juga dapat dijadikan solusi utama untuk menyelesaikan suatu persoalan yang terjadi karna dengan berbicara yang baik pembicara akan mengetahui maksud dengan apa yang dibicarakannya.
.
Djago Tarigan (dalam Novi Resmini dkk, 2006:193) mengemukakan tujuan berbicara yaitu;

1.      Berbicara untuk menghibur
Bertujuan untuk menghibur orang dengan berbicara tentang lelucuan/ humor yang dapat membuat orang merasa terhibur.  
2.      Berbicara untuk menginformasikan

Bertujuan untuk memberikan informasi kepada seseorang  dengan maksud dan tujuan tertentu.
3.      Berbicara untuk menstimulasi
Bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada pendengar agar melakukan apa yang dikehendaki oleh pembicara.
4.      Berbicara untuk meyakinkan
Bertujuan untuk meyakinkan pendengar agar meyakini dengan apa yang dimaksud oleh pembicara.  
5.      Berbicara untuk menggerakkan.
Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara   yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Agar dapat menggerakan pendengar yang mendengarkan untuk melakukan apa yang dikehandaki oleh pembicara.  Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi  tambah penguasaannya terhadap apa yang dia bicarakan, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara antara lain adalah tujuan menghibur orang, menginformasikan suatu pesan, memberikan rangsangan kepada pendengar agar melakukan apa yang dikehendaki oleh pembicara. Berbicara dapat meyakinkan pendengar agar meyakini, memahami dan menuntuti kebenaran dari pembicara. Berbicara dengan tujuan menstimulasi dan meyakinkan dapat menggerakan pendengar yang mendengarkan untuk melakukan apa yang dikehendaki pembicara.
6.      Kemampuan Berbicara
Menurut Tarigan (dalam Maidar dan Mukti, 1988:17), menyatakan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan perasaan. Pendengar menerima informasi dari rangkaian nada, tekanan, dan penampatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka maka akan ditambah dengan mimik pembicara.
Speaking atau kemampuan berbicara adalah tindakan untuk menghasilkan ujaran yang bertujuan untuk mengungkapkan pendapat, ide-ide atau keinginan dalam rangka mempertahankan hubungan sosial atau hanya sekedar untuk menyampaikan informasi. Kemampuan berbicara dalam hal ini dipandang bukan lagi sebagai ilmu melainkan lebih dipandang sebagai skill atau kemampuan karena memperolehnya perlu diperaktekkan atau digunakan. Hanya melalui praktek dan latihan berbicara secara memadai, kemampuan siswa dalam berbicara bisa meningkat. Mark D. Offner (dalam Djenar 2009:11).
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan diperoleh dari mempraktekkan dan latihan berbicara secara berkesinambungan agar kemampuan berbicara yang dimilki semakin meningkat. Agar seseorang mampu berbicara dengan baik dan benar maka kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang maka perlu dilatih secara terus manerus. Dengan bertambahnya kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang maka akan mengembangkan kemampuan intelegensi dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.
Djago Tarigan (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007:60), menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat besar. Pesan yang diterima oleh pendengar tidak dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa dalam bentuk semula. Dalam berbicara, pembicara harus paham tentang isi dari yang dibicarakan agar dapat menyampaikan pesan kepada orang lain dengan baik dan benar.
 Arsjad (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007:60), mengemukakan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dapat dipahami berbicara lebih dari sekedar mengucapkan bunyi atau kalimat saja, melainkan bahasa merupakan suatu alat untuk mengungkapkan gagasan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar.
Berdasarkan uraian di atas maka kemampuan berbicara  adalah  suatu kemampuan dalam dalam hal mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan secara lisan agar apa yang diucapkan oleh pembicara dapat dipahami oleh pendengar. Kemampuan tersebut diperoleh dari praktek dan latihan secara terus menerus sehingga kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang semakin meningkat.
1.      Metode Penelitian
A.    Lokasi Penelitian
a.      Populasi dan sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Inpres 3 Talise  yang terdiri dari 6 kelas yang keseluruhan siswanya berjumlah 215 siswa.
1.        Populasi
Menurut Nana Danapriatna dan Roni Setiawan ( 2005: 4) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik ( unit/ individu/ kasus/ barang/peristiwa) hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Inpres 3 Talise  yang terdiri dari  215 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen.
Jadi jelas terlihat bahwa populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang ada di SDN Inpres 3 Talise oleh karna itu sebagai bahan pertimbangan akan dikemukakan, keadaan murid di sekolah tersebut di atas tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 215 orang.
Tabel 1
Keadaan Siswa SDN Inpres 3 Talise

No

Kelas
Jumlah Siswa

Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
I
16
19
35
2
II
20
16
36
3
III
17
19
36
4
IV
15
16
31
5
V
21
17
38
6
VI
20
19
39

Jumlah Keseluruhan
215
Sumber SDN Inpres 3 Talise
2.        Sampel
          Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk mewakili populasi. Penentuan sampel diambil berdasarakan pendapat Arikunto (1991) yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Selanjutnya jika subyeknya lebih besar dapat diambil antara 10 - 15 % atau 20 – 25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari tenaga dan waktu.
          Mengacu pada pendapat tersebut, maka penulis menentukan sampel dengan menentukan metode Proporsive Sampling  artinya jumlah seluruh siswa bila diambil 20%, jadi kelas yang tepat untuk dijadikan sampel adalah kelas V dengan jumlah siswa 38 orang, 21 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.

Tabel 2
Sampel Siswa Kelas V SDN Inpres 3 Talise
No
Jenis kelamin
Jumlah Siswa
1.
Laki-laki
21 Orang
2.
Perempuan
17  Orang

Jumlah
38 Orang
Sumber SDN Inpres 3 Talise
B.     Teknik pengumpulan data.
Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data, teknik pengumpulan data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.       Angket
Angket yang digunakan untuk memperoleh informasi kemampuan berbicara siswa terhadap peristiwa faktual yang terjadi di sekolah.
2.       Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data, yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti (Mardalis, 2006:64).
3.      Observasi
Observasi  yaitu pengamatan dan pencatatan yang secara langsung dilakukan penulis, sehubungan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.
4.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan menggunakan dokumen dan arsip. Basuki (dalam Puspitasari, 2007: 32) menyebutkan bahwa penelitian akan lebih muda dan dapat bertahan lama jika diadakan perekaman, baik itu dalam bentuk foto, buku, maupun perekaman suara. Semua itu disebut dokumen. Tujuan dari dokumentasi adalah menyelenggarakan kegiatan dokumenter dalam memilih informasi yang dibawa oleh berbagai wahana dan butir pengetahuan. Dokumen yang dikumpulkan harus utuh dan mutakhir.    
Sedangkan untuk menganalisis data hasil observasi dan wawancara, dimana peneliti akan menggunakan analisis data yang dilakukan melalui tiga tahap yang terjadi secara bersamaan (Miles dan Huberman 1992:16), yaitu:
a.       Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan pemilihan, penyeleksian, penyederhanaan data, mentransformasi data yang terjaring dari lapangan, data tersebut digolongkan, membuang data yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data menurut permasalahannya masing-masing.
b.      Penyajian data; dalam tahap ini peneliti melakukan penyusunan sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data.
c.       Verifikasi (penarikan kesimpulan); pada tahap ini bahwa sekumpulan informasi data yang tersusun melalui penyajian data, dilakukan suatu verifikasi atau penarikan kesimpulan terhadap data yang disusun.    .
C.    Teknik Analisis data
 Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. analisis data dengan pendekatan kualitatif adalah analisis dengan menjawab masalah penelitian dalam bentuk deskripsi.

Proses penganalisaan data ini dilakukan dengan menggunakan rumus:
P =  x 100 %                               (Anas Sudijono 1989: 40)

Keterangan :
P = Presentase yang dicapai
F = jumlah bobot nilai masing-massing aspek
N = Jumlah sampel
100%= Ketentuan umum/angka tetap













                                          DAFTAR PUSTAKA
Agustina, 2010. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Dengan Metode        Diskusi Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Inpres 3 Tondo . Palu . Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.

Hendrikus. 1991. Retorika. kanisius, Yogyakarta.  

Maidar dan Mukti. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
.
Nurgiantoro . 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi III,                        Yogyakarta: BPFE
Muhadjir. 1995. “Berbicara” dalam menjalankan pengajaran Bahasa dan Sastra Volume 1 No.3. Tahun 1975: Depdikbud.

Tarigan, Djago, Dkk. 2003. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sujanto. 1988. Membaca, Menulis, Berbicara untuk MKDU Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Kartini Saleng, 2010. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Tanya Jawab Siswa Kelas 2 SDN 2 Kamonji. Palu. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.
Komaruddin. 2002. Pengertian Analisis . ( Online), (http://www.google .co.id. Diakses 28 Juli 2012).  


 

0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:

Posting Komentar

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???